10
- August
2017
Posted By : Brawijaya Mengajar
Comments Off on Dari Mahasiswa Biasa Untuk Negeri #CeritaMengabdi
Dari Mahasiswa Biasa Untuk Negeri #CeritaMengabdi

Madadina Nur Amalina Putri

Ilmu Administrasi Bisnis

2015

 

Dari Mahasiswa Biasa Untuk Negeri

 

Well kalau misalnya tulisan ini terlihat sedikit random gapapa ya, I just wanna to share about my wonderful experience in Brawijaya Mengajar!.

Semua dimulai dari ketidak adanya kegiatan atau istilah anak jaman sekarang gabut. Awalnya dimulai dari semester 2, karena basic aku sendiri merasa gabut kalau setelah selesai kuliah –pulang kos – kuliah lagi – pulang kos lagi. Its look  like nothing to do. Iya bosan gaada kegiatan yang bisa dilakukan lagi selain hanya ngelanjutin tugas di kosan, baca baca buku sampai ketiduran. Dan semua-muanya juga berawal dari aku baca salah satu blog yang isinya dia merindukan lagu anak-anak yang penuh kebahagiaan bukannya lagu yang mengiyakan suatu kenakalan, rindu bermain sepak bola dengan kaki yang tidak bisa digantikan dengan sekedar aplikasi di google store, rindu dengan channel tv yang menayangkan kartun anak-anak bukanlah sinetron yang hanya mengajarkan cinta sebelum waktunya, rindu pada anak-anak kecil yang selalu sopan terhadap guru atau orang yang lebih tua bukannya malah mengadukan sang guru ke kantor polisi dengan faktanya anak itu yang salah, rindu pada keseharian ketika di Sekolah Dasar pada waktu jam istirahat kita bebas bermain lompat tali, kejar-kejaran sama teman, bukan hanya sibuk posting “Hay lagi sekolah nich, Ah sebel ah masa dia suka sama cewe lain” lalu upload semua kegiatan kegiatannya di social media.

Dan pada akhirnya membuka mata ku sendiri, iyalah kalau nutup mata namanya masih tidur. Bahwa setiap perubahan itu selalu menimbulkan dampak yang ga selalu positif juga, terkadang justru negative, balik lagi itu semua tergantung bagaimana setiap individu memahaminya.

Dari situlah aku mulai berfikir apa yang bisa aku lakukan untuk negaraku ini, apa yang bisa dilakukan oleh aku dengan status mahasiswa biasa yang sedang berjuang membahagiakan orangtuanya. Tentu saja mencoba untuk turun tangan sendiri agar mengerti bagaimana kehidupan yang sesungguhnya, selain hanya menikmati jerih payah orangtua.

Brawijaya Mengajar adalah pilihan pertamaku ketika recruitmen anggota baru, entah kenapa sepertinya ini jalan yang ditunjukan Allah dari setiap keresahan yang aku rasain diatas. Dari segi visi dan misi nya pun juga ga jauh dari generasi bangsa dan pengabdian. Well ini adalah pengalaman baru yang menantang.

Pengabdian buat aku sendiri bukan hanya sekedar terjun langsung ke desa atau masyarakat, tapi bagaimana kita bisa mengerti dan memahami atau bahkan mencoba merasakan posisi mereka. Dari situ kita akan ngerti betapa setiap hidup orang itu selalu complicated, ga pernah ga jauh dari yang namanya masalah. Termasuk masalah pendidikan, ada orangtua yang menganggap bahwa pendidikan hanya menghambur-hamburkan uang, ada yang berfikiran bahwa pendidikan tidak terlalu penting untuk perempuan karena katanya pada akhirnya mereka hanya akan terjun di dapur sebagai ibu rumah tangga, pemikiran pemikiran seperti ini yang ngebuat aku sendiri ingin mengerti seperti apa lapangan yang bakalan aku hadapi nanti di Brawijaya Mengajar, itu menjadi salah satu semangat untuk terus peduli terhadap pendidikan anak negeri, bukan hanya aku, harusnya kalian-kalian yang merasa Indonesia ingin maju, tapi masih banyak anak yang susah untuk sekolah atau bahkan tidak peduli dengan pendidikan. Disitu langkah konkrit kalian untuk membuat perubahan baru.

Hari pertama pengabdian yang sangat dinanti, udah ngira sih bahwa jalan menuju sekolah disana itu lumayan jauh dan ya susah, naik turun gunung, tapi serius ini seru dan bikin candu haha! Gaada setiap detik yang ga aku nikmatin waktu perjalanan kesana, meskipun setiap balik ke malang juga selalu lewat, tapi ini adalah pertama kalinya naik sepeda motor dan bukan bertujuan untuk pulang.

Hal pertama yang dirasain waktu itu sih awalnya tenang dan senang, tenang karena sekolah mereka ada di pedesaan, senang karena ternyata adik-adik kecil disana menyambut kami sang pengabdi baru dengan raut wajah yang ceria. Serius, bahagia sesederhana itu ya.

Singkat cerita, kami langsung diminta untuk masuk ke kelas masing-masing yang sudah dijadwalkan. Dan aku kebagian ada di kelas 6, ya fikiran awalku adalah ketika mereka sudah kelas 6 otomatis mereka lebih mudah untuk diajak diskusi atau belajar bersama. Tapi ekspetasi memang tidak harus sesuai dengan realita yang ada.

Kaget, Shock, apalagi ya. Untuk takaran anak sd mereka lebih tau bahasan mengenai cinta, dan ketika pertama kali aku masuk di kelasnya, mereka bukan malah nanyain sesuatu tentang mata pelajaran atau gimana cara lanjut sekolah, justru mereka menanyakan tentang nomer hp, pin bb, dan bahkan menanyakan tentang sudah punya pasangan atau belum. Wah canggih, ini mereka yang canggih atau mental nya kurang diberi pemahaman ya? Itu pemikiran ku pada saat itu.

Hal-hal sekecil itulah yang membuat aku selalu rindu dengan mereka, meskipun senakal apapun mereka, mereka tetaplah anak kecil yang masih sangat butuh bimbingan, bimbingan mental maupun spiritual, sehingga nantinya mereka lebih bisa menata hidup mereka jauh lebih baik lagi daripada sekedar ghibah-in orang lain. Hal sederhana itu yang ngebuat aku ngerasa punya keluarga kedua disini, adik-adik kecilku yang polos dan sahabat-sahabat pengabdi yang tulus.

Adik-adik kecil kalian terlalu dini untuk mengetahui apa itu cinta, biarlah itu menjadi urusan yang sudah cukup umur. Kalian terlalu kecil untuk melihat hal-hal yang erotis di jejaring social, nikmatilah selagi kalian bisa bermain sepakbola dengan kaki sebelum kalian mengenal bermain sepakbola dengan tangan dan kuota. Jujur, rasa sayang yang timbul ke adik-adik disana buat aku sendiri bukan hanya rasa kasian karena basic yang mungkin tidak seberuntung kita, tapi rasa peduli untuk merubah mereka menjadi pribadi dan generasi yang lebih baik itu yang sering muncul setiap melihat mereka semangat dalam belajar. Hingga aku nulis catatan random ini, aku rindu si bandel di kelas 6 yang pernah ngegetok aku pake plastisin, aku rindu penurutnya si yogi di kelas 6 yang selalu mau aku suruh-suruh haha, aku rindu pintarnya risma di kelas 1 yang setiap soal di papan baru selesai di tulis dia sudah menyelesaikan semua soalnya dan benar, so proud of you girl! haha, aku rindu si genitnya elsa di kelas 1 yang selalu suka peluk-peluk dan minta duduk di pangkuan kakak-kakak pengabdi. Dan aku rindu semua tim para pengabdi yang ikhlas dan tulus merelakan waktunya untuk peduli terhadap generasi bangsa.

I miss u like crazy, guys.

Karena sejatinya sebaik-baik manusia adalah dia yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain, mari berusaha menjadi insan yang selalu peduli dengan sesama, mari berusaha menjadi pribadi yang tidak mudah nyinyir di social media, tidak mudah men-judge seseorang karena berbeda pendapat, tidak mudah terprovokasi oleh berita ataupun media-media hoax. Dan yang terpenting mari sama-sama bergerak untuk menjadikan Indonesia menjadi lebih baik lagi, dengan peduli terhadap para generasi bangsanya.

Sekian.