Semangat Anak-Anak Sukodono, Dampit
Ahmad Subhan M
Seminggu lebih aku dan teman-teman seperjuangan mengabdi di Desa Sukodono, Dampit, Malang Selatan. Yang mayoritas penghuninya beragama Islam dan sebagian kecil beragama Kristiani serta Budha. Namun dari keberagaman kepercayaan ini, warga di sekitar Desa Sukodono tetap menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan juga rasa saling menghormati antar Agama mereka yang berbeda. Ketika kami datang untuk bertujuan mengabdi bersama masyarakat sekitar, mereka pun sangat menyediakan ruang dan terbuka terhadap kehadiran kami di Desa Sukodono. Desa ini memiliki sejuta rasa. Rasa suka, rasa bahagia, rasa marah, kecewa, bahkan himgga rasa keperdulian dan penasaran. Desa yang juga memiliki sejuta keadaan dalam peristiwa. Peristiwa menyebalkan bahkan hingga peristiwa menyenangkan yang sungguh sulit untuk di lupakan. Kemudian, apa yang aku mau
ceritakan ..?
Aku ingin bercerita tentang semangat. Tentang semangat anak-anak SD Negeri 2 Srimulyo; sekolah tempat pengabdian aku dan teman-teman seperjuangan pengabdian.
PAGI HARI KAMI PERGI ke Dampit. Kami berombongan, ada sekitar tiga puluh orang. Delapan belas guru akademik, sembilan guru ekstrakulikuler termasuk aku dan tiga pengawas Kegiatan Belajar Mengajar. Waktu menunjukan pukul 08.30 WIB, kami baru sampai di Desa Sukodono dengan perlengkapan Kegiatan Belajar Mengajar yang cukup. Sesampainya kami di sana, anak-anak SD Negeri 2 Srimulyo dengan antusiasnya menyambut kedatangan kami dengan senyum sumringah mereka yang masih sangat polos dan lugu. Di bawanya kami, terkhusus aku diajaknya berkeliling SD Negeri 2 Srimulyo seolah ingin memperkenalkan kelas per kelas yang ada di SD tersebut. Aku bahagia, betapa senangnya mereka dengan kedatangan kami yang belum mereka ketahui maksudnya. Semangat mereka yang menggebu-gebu inilah mungkin yang sempat menutupi pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi seharusnya muncul dan terlontar dari mulut-mulut munyil mereka. Pikirku mereka pasti akan sulit untuk menerima kehadiran dengan maksud dan tujuan kami di desa ini.
Dengan sederhanannya aku menyampaikan apa dan kenapa kami berada di desa ini, sambil berharap semoga mereka mengerti apa yang ku maksud dalam berbicara ini. Spontan aku terkejut ..!! Ternyata mereka dengan rendah hatinya menerima kedatangan dan maksud kami berada di desa ini. Mereka sangat antusias dan bersemangat sekali dalam mengikuti pembelajaran dari materi demi materi yang aku dan teman-temanku sampaikan.
Hatiku merona tak terkira, hal ini melebihi harapan-harapan yang kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Hingga akhirnya, disetiap sela pelajaran berlangsung mereka selalu bertanya dalam maksud harapan “Kakak setiap hari ke desa untuk mengajar kami kan, Kak ..?” Saat mendengar pertanyaan itu, hatiku semakin dalam terhenyah akan semangat belajar anak-anak di Desa Sukodono ini, walau pun dengan fasilitas yang kurang memadai.
Bukan hanya semangat dalam belajar yang mereka tunjukkan kepada kami, tetapi juga semangat dalam berolahraga, kesenian dan ekstrakulikuler termasuklah didalamnya ekstra Pramuka. Tak ku sangka, ternyata SD Negeri 2 Srimulyo ini dulu adalah pemegang Piala Bergilir Kabupaten Dampit selama 3 tahun berturut-turut. Tapi mengapa sekarang mereka tak pernah lagi mengikut perlombaan-perlombaan serupa di Kabupaten..? Terbersit pertanyaan kecil itu dihatiku. Setelah sekian kalinya aku bertanya kepada guru, penjaga sekolah dan siswa, akhirnya ada beberapa siswa yang menjawab maksud dari pertanyaan penasaranku. “Setelah tahun ketiga kami menjuarai Perlombaan Pramuka di Kabupaten Dampit, Pelatih Pramuka kami pensiun, Kak”. Atas pernyataan itu, aku pun tahu permasalahannya bersumber dimana, masalahnya sangat klasik, ya mereka butuh pelatih. Kemudian aku berinisiatif bersama teman-temanku untuk membangun kembali kejayaan yang telah lama menghilang ditelan waktu yang kejam. Denga inisiatif itu, kami membuat Kelompok Pelatihan Pramuka yang bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat mereka yang terpendam terhadap kegiatan perlombaan yang ada.
Untuk kedua kalinya aku dibuatnya terperangah, ternyata mereka memiliki bakat alami dalam bidang ekstra Pramuka. Pantaslah mereka mendapatkan Juara Umum 3 kali berturut-turut. Hal ini sangat diakungkan jikalau kemampuan alami ini tak diasah, karena mereka memiliki bakat dan potensi yang terpendam.
Semangat itu pun berhasil kami bangkitkan dari kuburannya yang telah lusuh, hingga saat ini mereka selalu meminta kami untuk melatih Kegiatan Pramuka walau pun itu sedang di dalam kelas, yang bukan untuk ekstra tetapi untuk akademik. Tapi tak apa, semangat itu sangat aku hargai untuk mereka yang masih berumur 10 s/d 13 tahun. Semangat berkarya tak akan pernah putus jikalau hal tersebut sudah tertanam didalam hati. Ikhlas, istiqomah dan selalu bersabar adalah kunci utama untuk membersamai semangat yang menggebu-gebu dalam mencapai sebuah cita-cita yang tertanam diangan. Aku yakin mereka pasti bisa.
SEMANGAT!!! []